Cek Fakta
    Facebook Twitter Instagram
    Cek Fakta
    • Playbook
    • Tentang Kami
    • Media
    • Kontak
    • Prebunking
    • LMS
    • FAQ
    Facebook Twitter Instagram Youtube
    Saturday, July 12
    • Playbook
    • Tentang Kami
    • Media
    • Kontak
    • Prebunking
    • LMS
    • FAQ
    Facebook Twitter Instagram Youtube
    CekFakta
    Banner
    • Home
    • Terbaru
    • Kegiatan
    • Debat Pilpres 2024
    • Pilkada 2024
    • Hasil Riset
      • Penelitian
      • Buku
      • Modul Ajar
      • Policy Brief
    CekFakta
    You are at:Home»CekFakta»Keliru, Klaim Cacar Monyet Sama Dengan Herpes Zoster Dan Efek Samping Vaksin Covid-19
    CekFakta

    Keliru, Klaim Cacar Monyet Sama Dengan Herpes Zoster Dan Efek Samping Vaksin Covid-19

    Jane DoePublish date2024-10-22
    Tempo
    Share
    Facebook

    Berita



    Sejumlah konten di Facebook oleh akun ini, ini, ini, dan ini memuat klaim bahwa monkeypox (mpox) sama dengan herpes zoster atau cacar api dan efek samping dari vaksinasi Covid-19 jenis mRNA. Konten tersebut disertai video yang memperlihatkan berita Kompas TV tentang perawatan orang-orang sakit Mpox di Afrika.

    Klaim itu disebut berasal dari Wolfgang Wodarg, seorang dokter di Jerman. Berikut tulis narasinya: Dokter Jerman Wolfgang Wodarg menawarkan pandangan alternatif mengenai cacar monyet lebih dari dua tahun yang lalu: Apa yang dianggap sebagai cacar monyet, dalam banyak kasus, sebenarnya adalah herpes zoster, salah satu efek samping yang diketahui dari vaksin COVID-19. Cacar adalah momok lain yang diciptakan untuk menutupi efek samping vaksin mRNA.



    Namun, benarkah Mpox adalah herpes zoster dan merupakan efek samping vaksinasi Covid-19 jenis mRNA?

    HASIL CEK FAKTA



    Mpox dan herpes zoster merupakan dua jenis yang berbeda meski sama-sama tergolong jenis cacar dan disebabkan oleh virus. Mpox adalah penyakit yang disebabkan oleh virus cacar monyet (MPXV), salah satu spesies virus dari genus Orthopoxvirus. Sementara herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan varicella-zoster virus (VZV).

    Cacar Monyet

    Dilansir website Badan Kesehatan Dunia ( WHO ), Mpox atau Monkeypox adalah penyakit yang disebabkan cacar monyet dengan gejala ruam kulit atau lesi mukosa yang dapat berlangsung 2–4 minggu disertai demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri punggung, energi rendah, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

    Penularan virus cacar monyet bisa terjadi melalui kontak dekat dengan orang yang menderita penyakit tersebut, atau benda yang terkontaminasi, misal penggunaan jarum suntik bergantian. Bisa juga melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi.

    Penularan pada bayi juga bisa terjadi saat kehamilan, kelahiran ataupun setelah kelahiran. Orang yang memiliki banyak pasangan seksual juga memiliki risiko lebih tinggi tertular Mpox. 

    Namun dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk mengetahui secara lebih detail dan lengkap, bagaimana virus ini menular. Termasuk untuk mengetahui hewan apa saja yang bisa menampung dan menularkannya pada manusia.

    Pengobatannya sejauh ini dilakukan dengan perawatan suportif, tergantung gejala yang muncul, seperti nyeri dan demam. Perawatan dilakukan dengan cara memberi perhatian ketat pada nutrisi, hidrasi, perawatan kulit, pencegahan infeksi sekunder dan pengobatan infeksi penyerta, termasuk untuk HIV jika ada.

    Herpes Zoster

    Sementara herpes zoster, juga dari laman WHO, merupakan penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan oleh VZV, anggota famili virus herpes. Penyakit yang diketahui hanya menular di antara manusia ini juga disebut cacar air dan cacar ular.

    Sebanyak 10 sampai 20 persen orang yang dihinggapi virus ini, akan menyimpannya di ganglia (kelompok sel) saraf, dan kemudian di masa depan aktif lagi hingga menimbulkan sakit herpes zoster. 

    Kategori yang rentan terserang penyakit ini adalah orang berusia di atas 50 tahun atau orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Bahkan pada pada neonatus dan orang dengan gangguan kekebalan tubuh, akibatnya bisa menjadi fatal.

    Herpes zoster ditandai dengan gejala ruam gatal yang biasanya muncul di kulit kepala dan wajah dan awalnya disertai demam dan malaise. Ruam tersebut secara bertahap akan menyebar ke badan dan ekstremitas (anggota gerak pada tubuh manusia).

    Vesikel atau ruang di dalam sel, secara bertahap akan mengering dan muncul krusta yang kemudian menghilang dalam jangka waktu satu hingga dua minggu. Kondisi kesehatan bisa lebih rumit bila pasien juga menderita pneumonia atau ensefalitis (radang otak), dan orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

    Mpox dan Covid-19 Tidak Berkaitan

    Konten yang beredar mengatakan bahwa narasi Mpox berkaitan dengan vaksin Covid-19 berasal dari orang Jerman bernama Wolfgang Wodarg. Menurut pemeriksa fakta asal Jerman, DW.com, Wodarg adalah seorang dokter dan mantan anggota Partai Sosial Demokrat (SPD) Bundestag Jerman.

    Ia kemudian bergabung dengan The Grassroots Democratic Party of Germany (dieBasis) yang merupakan partai kecil penolak lockdown yang berkaitan dengan Covid-19 di Jerman. Video dirinya membicarakan penyebab Mpox dirilis tahun 2022.

    Namun, ahli mikrobiologi dan imunologi dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Amerika Serikat, Kari Moore Debbink, menyatakan Mpox bukan penyakit yang disebabkan vaksin Covid-19.

    “Vaksin COVID mRNA digunakan secara global, sementara kasus Mpox biasanya ditemukan di negara-negara tertentu di Afrika, dengan beberapa kasus rendah di luar wilayah tersebut. Oleh karena itu, tidak ada hubungan geografis antara penggunaan vaksin COVID mRNA dan kasus mpox," kata Debink.

    Profesor penyakit menular di Vanderbilt University Medical Center di Nashville, Amerika Serikat, William Schaffner, juga membantah narasi yang beredar. "Ini adalah dua virus yang sangat berbeda, dan tentu saja, vaksin melawan COVID tidak ada hubungannya dengan Mpox," kata Schaffner.

    Dilansir pemeriksa fakta asal Prancis, AFP, beberapa akademisi di bidang kesehatan menyatakan Mpox tidak berkaitan dengan Covid-19 ataupun vaksin Covid-19. Mereka adalah dokter spesialis penyakit menular dan mikrobiolog di Fakultas Kedokteran Li Ka Shing, Universitas Hong Kong, Yuen Kwok-Yung, dan profesor epidemiologi penyakit menular di London School of Hygiene and Tropical Medicine, David Heymann.

    "Tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa epidemi cacar monyet terkait dengan vaksin," kata David Heymann kepada AFP pada Juni 2022.

    Juru Bicara Kementerian Kesehatan ( Kemenkes ) RI dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH mengatakan bahwa penyakit Mpox bukan efek samping dari vaksinasi Covid-19. Vaksin Covid-19 baru diedarkan secara masif tahun 2021, sementara WHO mencatat Mpox pertama kali diketahui menyerang manusia pada 1970 di Kongo, Afrika.

    “Jadi, penyakit Mpox ini tidak dapat dikatakan karena efek samping dari vaksin COVID-19. Itu tidak ada hubungannya,” kata Syahril.

    Dia mengatakan virus Mpox menular lewat kontak langsung seperti berjabat tangan, bergandengan, termasuk juga kontak seksual. Dilansir CNBC.com, WHO mencatat bahwa 99 persen penderita Mpox adalah laki-laki.

    KESIMPULAN



    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan Mpox adalah penyakit yang sama dengan herpes zoster dan merupakan efek samping dari vaksinasi Covid-19 jenis mRNA adalah klaimkeliru.

    Mpox merupakan penyakit yang disebabkan virus cacar monyet (MPXV), herpes zoster berasal dari varicella-zoster virus (VZV), dan Covid-19 dari virus Sars-Cov-2. Sejumlah dokter spesialis dan akademisi di bidang kesehatan juga mengatakan narasi yang beredar tersebut salah.

    Rujukan

    https://www.facebook.com/marasan.lubis.5/posts/1462420467745193/

    https://www.facebook.com/jeriko.simangunsong/posts/pfbid02Ek2MxH2yG1GDutWHLsHRA4aTMgaFDCHbB5jfyEhSrzzdh3G3LiQ9nyjrGYzWcYaal

    https://www.facebook.com/fahrez.arsyila/posts/pfbid0c785HjWx8edtLxMPUQ5NVyWyk9VG3yXg9PCEdtiKgYCf8ZFyBaZZuR93SSqeJdPNl

    https://www.facebook.com/hotma.j.sinambela.1/posts/pfbid03LebA9FzV6L1ikyfRv5xfDu5kRYV2wjDhf9MQXy3ogBPcKop7mTbgEx6WHgSa4uJl

    https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/mpox

    https://www.who.int/teams/health-product-policy-and-standards/standards-and-specifications/norms-and-standards/vaccine-standardization/varicella

    https://www.dw.com/en/fact-check-no-link-between-mpox-and-covid-vaccination/a-69977565

    https://factcheck.afp.com/doc.afp.com.36EN4YM

    https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20240902/2746370/penyakit-mpox-bukan-karena-efek-vaksin-covid-19-2/

    https://www.cnbc.com/2022/07/27/monkeypox-who-recommends-gay-bisexual-men-limit-sexual-partners-to-reduce-spread.html mailto:cekfakta@tempo.co.id

    Publish date : 2024-10-22

    Update Terbaru

    Sidebar Ad
    Update Terbaru
    About
    About

    CekFakta.com adalah sebuah sebuah proyek kolaboratif pengecekan fakta yang diinisiasi Mafindo (Masyarakat Antifitnah Indonesia), AJI (Aliansi Jurnalis Independen) dan AMSI (Asosiasi Media Siber Indonesia).

    Kolaborasi ini diluncurkan di ‘Trusted Media Summit 2018’ pada Sabtu, 5 Mei 2018 di Jakarta dengan melibatkan puluhan media online di Indonesia serta jejaring ratusan pemeriksa fakta di seluruh Indonesia.

    Facebook Twitter Instagram YouTube
    Informasi
    • Cekfakta.com
    • info@cekfakta.com
    • Whatsapp di 082176503669
    Copyright © 2023. Designed by Cek Fakta.
    • About
    • LMS
    • Contact

    Type Pencarian Judul Enter to search. Press Esc to cancel.