Cek Fakta
    Facebook Twitter Instagram
    Cek Fakta
    • Playbook
    • Tentang Kami
    • Media
    • Kontak
    • Prebunking
    • LMS
    • FAQ
    Facebook Twitter Instagram Youtube
    Friday, July 11
    • Playbook
    • Tentang Kami
    • Media
    • Kontak
    • Prebunking
    • LMS
    • FAQ
    Facebook Twitter Instagram Youtube
    CekFakta
    Banner
    • Home
    • Terbaru
    • Kegiatan
    • Debat Pilpres 2024
    • Pilkada 2024
    • Hasil Riset
      • Penelitian
      • Buku
      • Modul Ajar
      • Policy Brief
    CekFakta
    You are at:Home»CekFakta»Keliru, Peringatan CDC soal Peningkatan Peradangan Jantung pada Anak Muda Usai Vaksinasi COVID-19
    CekFakta

    Keliru, Peringatan CDC soal Peningkatan Peradangan Jantung pada Anak Muda Usai Vaksinasi COVID-19

    Jane DoePublish date2024-11-19
    Tempo
    Share
    Facebook

    Berita



    Sebuah video beredar di Instagram [ arsip ] berisi klaim bahwa Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) memperingatkan terjadinya peningkatan peradangan jantung pada anak muda setelah menerima vaksinasi COVID-19.

    Konten itu memperlihatkan potongan berita televisi yang mengabarkan CDC sedang menginvestigasi kasus remaja laki-laki yang mengalami radang inflamasi setelah mengikuti vaksinasi Covid-19. Berikut bunyi narasinya: CDC; Peradangan Jantung Pada Anak-anak Muda Terkait Dengan Vaksin Covid!



    Namun, benarkah CDC menyatakan kasus-kasus peradangan jantung itu berkaitan dengan vaksinasi Covid-19?

    HASIL CEK FAKTA



    Hasil verifikasi Tempo menunjukkan hasil penelitian terbaru CDC justru menemukan tidak ada bukti bahwa vaksin COVID-19 mRNA menyebabkan serangan jantung fatal atau masalah jantung mematikan lainnya pada remaja dan dewasa muda.

    Dikutip dari NBC News, temuan dalam laporan baru ini berasal dari analisis hampir 1.300 surat kematian penduduk Oregon berusia 16 hingga 30 tahun yang meninggal karena kondisi jantung atau alasan yang tidak diketahui antara 1 Juni 2021 dan 31 Desember 2022.

    Selama periode ini, hampir 1 juta remaja dan dewasa muda di negara bagian tersebut telah mendapatkan vaksin COVID, tulis para peneliti. Para penulis memfokuskan perhatian mereka kepada orang-orang yang mendapat vaksin Covid mRNA dari Pfizer atau Moderna dan meninggal dalam waktu 100 hari setelah divaksinasi.

    Dari 40 kematian yang terjadi di antara orang yang mendapat vaksin Covid mRNA, tiga terjadi dalam jangka waktu tersebut. Dua dari kematian tersebut disebabkan oleh kondisi kesehatan kronis yang mendasarinya. Kematian ketiga tercatat sebagai “penyebab alamiah yang tidak dapat dipastikan,” dengan hasil tes toksikologi yang negatif untuk alkohol, ganja, metamfetamin, atau zat terlarang lainnya. 

    Pemeriksa medis tidak dapat memastikan atau mengecualikan vaksinasi COVID sebagai penyebab kematian; namun, tidak ada satu pun surat kematian yang menghubungkan kematian tersebut dengan vaksin.

    Meskipun masih belum jelas apakah vaksin tersebut menyebabkan kematian ketiga, Cieslak mencatat bahwa analisis menunjukkan bahwa 30 orang meninggal karena Covid selama jangka waktu tersebut, sebagian besar di antaranya tidak divaksinasi.

    Bagi orang yang berusia di bawah 35 tahun, penyebab henti jantung sering kali tidak jelas. Bisa jadi akibat cacat genetik atau malfungsi jantung, seperti masalah pada katup jantung. 

    Bahkan dengan jangka waktu yang panjang, Cooper menambahkan, analisis menunjukkan bahwa risiko kematian mendadak pada orang dewasa muda setelah divaksinasi secara signifikan lebih rendah daripada risiko kematian jantung mendadak karena semua penyebab — sekitar 1 dalam 500.000 per tahun, dibandingkan dengan 1 dalam 100.000 per tahun, menurut perkiraannya.

    CDC pada publikasi mereka tertanggal 30 Oktober 2024, menyatakan bahwa masyarakat bisa mengandalkan vaksin COVID-19 agar terlindung dari penyakit COVID-19. Hal itu berdasarkan pengawasan yang mereka lakukan selama ini, dan menyatakan akan terus mengawasi keamanan vaksin COVID-19.

    Tim peneliti dari Universitas Yale, Amerika Serikat, yang dipimpin profesor di bidang imunologi Carrie Lucas, menyatakan bahwa kasus miokarditis yang muncul setelah vaksinasi tipe mRNA tersebut tidak disebabkan pertumbuhan antibodi terhadap virus Covid-19 yang dirangsang vaksin.

    Miokarditis tersebut justru merupakan respons tubuh yang lebih umum, yang melibatkan aktivitas sel imun dan peradangan. Menambah waktu jeda atau waktu tunggu dari suntikan vaksin sebelumnya, dari empat menjadi delapan minggu, dapat mengurangi risiko efek tersebut. “Sistem imun individu-individu ini menjadi sedikit terlalu aktif dan memproduksi sitokin serta respons seluler secara berlebihan,” kata Lucas.

    Lucas juga menjelaskan, bahwa menurut temuan CDC, orang yang terkena sakit COVID-19  berisiko mengalami miokarditis yang lebih parah daripada mereka yang merasakan miokarditis setelah vaksinasi Covid-19 berbasis mRNA.

    Laporan Factcheck.org menyatakan Dr. Matthew Elias yang merupakan seorang kardiolog Rumah Sakit Anak Philadelphia, Amerika Serikat, juga mengatakan terdapat pasien yang mengalami masalah jantung parah karena penyakit Covid-19 yang membuatnya trauma. Sebaliknya, yang mengalami miokarditis setelah menerima vaksinasi, kondisinya tidak parah.

    Hasil verifikasi dua video dalam konten juga menunjukkan bahwa video itu diambil dari peristiwa pada 2021. Saat itu, CDC memang melakukan investigasi terkait hubungan miokarditis atau radang jantung dengan vaksinasi COVID-19 mRNA.

    Video 1



    Video pertama dalam konten yang beredar merupakan video yang diunggah saluran YouTube Fox59 News, pada tanggal 5 Juni 2021. Video itu membahas bahwa radang jantung merupakan hal yang jarang terjadi setelah remaja menerima vaksinasi COVID-19.  

    Video 2



    Video kedua sesungguhnya merupakan unggahan saluran YouTube KCTV5 News, tertanggal 24 Mei 2021. Video itu menyatakan bahwa para pejabat CDC mengatakan bahwa mereka masih melihat hubungan antara suntikan vaksin COVID-19 Pfizer dan Moderna dengan radang jantung. Para peneliti saat itu mengatakan belum ada cukup bukti untuk mengatakan vaksin menjadi penyebab masalah jantung atau kardiovaskular. Tetapi mereka memperingatkan para dokter untuk memonitor dan mewaspadai tanda-tandanya.

    KESIMPULAN



    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa klaim CDC memperingatkan terjadinya peningkatan peradangan hati pada anak muda setelah menerima vaksinasi COVID-19 adalahkeliru.

    Laporan terbaru CDC pada April 2024 justru menunjukkan tidak ada bukti bahwa vaksin COVID-19 mRNA menyebabkan serangan jantung fatal atau masalah jantung mematikan lainnya pada remaja dan dewasa muda.

    Rujukan

    https://www.instagram.com/reel/DCU-jssoXVn/?utm_source=ig_embed&utm_campaign=loading

    https://mvau.lt/media/dd4402cd-6a8a-4c0f-90be-402ec5854c58

    https://www.nbcnews.com/health/health-news/cdc-finds-covid-vaccines-not-linked-sudden-death-young-people-rcna147188?fbclid=IwY2xjawGpZUlleHRuA2FlbQIxMAABHbP_iVsZHPmF6dQI5jflHcWhPgWiCbR_l4koMv5NfSrxpmWuNTR6lEs87w_aem_WGTLM4WyicsrDvFX7ICsGQ

    https://www.cdc.gov/vaccine-safety/vaccines/covid-19.html

    https://news.yale.edu/2023/05/05/yale-study-reveals-insights-post-vaccine-heart-inflammation-cases

    https://www.factcheck.org/2022/03/scicheck-benefits-of-covid-19-vaccination-outweigh-the-rare-risk-of-myocarditis-even-in-young-males/

    https://www.youtube.com/watch?v=bWhgF5khkP4

    https://www.youtube.com/watch?v=VIe1sKQYVCQ

    Publish date : 2024-11-19

    Update Terbaru

    Sidebar Ad
    Update Terbaru
    About
    About

    CekFakta.com adalah sebuah sebuah proyek kolaboratif pengecekan fakta yang diinisiasi Mafindo (Masyarakat Antifitnah Indonesia), AJI (Aliansi Jurnalis Independen) dan AMSI (Asosiasi Media Siber Indonesia).

    Kolaborasi ini diluncurkan di ‘Trusted Media Summit 2018’ pada Sabtu, 5 Mei 2018 di Jakarta dengan melibatkan puluhan media online di Indonesia serta jejaring ratusan pemeriksa fakta di seluruh Indonesia.

    Facebook Twitter Instagram YouTube
    Informasi
    • Cekfakta.com
    • info@cekfakta.com
    • Whatsapp di 082176503669
    Copyright © 2023. Designed by Cek Fakta.
    • About
    • LMS
    • Contact

    Type Pencarian Judul Enter to search. Press Esc to cancel.