Cek Fakta
    Facebook Twitter Instagram
    Cek Fakta
    • Playbook
    • Tentang Kami
    • Media
    • Kontak
    • Prebunking
    • LMS
    • FAQ
    Facebook Twitter Instagram Youtube
    Wednesday, July 9
    • Playbook
    • Tentang Kami
    • Media
    • Kontak
    • Prebunking
    • LMS
    • FAQ
    Facebook Twitter Instagram Youtube
    CekFakta
    Banner
    • Home
    • Terbaru
    • Kegiatan
    • Debat Pilpres 2024
    • Pilkada 2024
    • Hasil Riset
      • Penelitian
      • Buku
      • Modul Ajar
      • Policy Brief
    CekFakta
    You are at:Home»CekFakta»Keliru, Cara Hadapi Mpox dengan Hindari Informasi Media Massa, Kemenkes, dan Pemerintah
    CekFakta

    Keliru, Cara Hadapi Mpox dengan Hindari Informasi Media Massa, Kemenkes, dan Pemerintah

    Jane DoePublish date2024-11-25
    Tempo
    Share
    Facebook

    Berita



    Sebuah narasi beredar di Threads [ arsip ] yang menyatakan bahwa cara menghadapi merebaknya wabah Mpox adalah dengan menghindari informasi dari media massa, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan rezim yang terkait.

    Konten Gambar yang disertakan memperlihatkan tangkapan layar artikel tentang status darurat kesehatan global yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO), menyusul merebaknya kembali wabah Mpox. Konten itu menyarankan masyarakat mengabaikan informasi dari media massa, Kemenkes, dan rezim terkait.  



    Namun, benarkah cara itu tepat untuk menghadapi wabah Mpox?

    HASIL CEK FAKTA



    Menurut Badan Kesehatan Dunia ( WHO ), selama wabah penyakit apa pun, tidak terkecuali keadaan darurat cacar monyet yang sedang berlangsung, media memainkan peran penting dalam mengkomunikasikan risiko kesehatan dan tindakan yang dapat diambil orang untuk melindungi diri mereka sendiri terhadap risiko tersebut. 

    Hal ini memberi orang-orang kesempatan untuk membuat keputusan mereka sendiri yang tepat bagaimana menjaga kesehatan, khususnya yang tergolong paling riskan.

    Dalam panduan pencegahan dan penanganan Mpox yang dilansir oleh WHO maupun ahli terkait, langkah-langkah menghindari informasi dari media maupun otoritas tidak termasuk di dalamnya.

    Mpox adalah penyakit yang disebabkan oleh virus mpox. Ini adalah infeksi virus yang dapat menyebar di antara orang-orang, terutama melalui kontak dekat, dan kadang-kadang dari lingkungan ke manusia melalui benda-benda dan permukaan yang telah disentuh oleh penderita cacar monyet. Di lingkungan di mana virus cacar monyet ada di antara beberapa hewan liar, virus ini juga dapat ditularkan dari hewan yang terinfeksi ke orang yang melakukan kontak dengan mereka.

    Penularan Mpox bisa terjadi melalui kontak erat meliputi kulit-ke-kulit (misalnya sentuhan, seks anal atau vagina); tatap muka (misalnya; berbicara, menyanyi atau bernapas); mulut ke kulit (misalnya, seks oral); dan mulut ke mulut (misalnya berciuman). Anda juga dapat tertular mpox dari tempat tidur, handuk, permukaan, atau benda yang terkontaminasi. 

    Untuk melindungi diri, masing-masing masyarakat perlu menghindari kontak erat dengan orang lain yang didiagnosis atau dicurigai terinfeksi Mpox. Selain itu mempelajari gejala, dan melakukan isolasi mandiri bila merasa tertular Mpox.

    Jika terdapat kasus infeksi Mpox di daerah tempat tinggal, isolasi mandiri bisa dilakukan sambil tetap tinggal serumah dengan anggota keluarga lain, dengan tetap menghindari potensi penularan.

    Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Dr. Syahrizal Syarif, M.P.H., Ph.D., dikutip dari laman Universitas Indonesia, menjelaskan wabah Mpox diperkirakan tidak akan menjadi pandemi global. Menurutnya penanganan wabah ini membutuhkan edukasi pada kelompok berisiko tinggi, deteksi dini, penanganan isolasi yang tepat, serta pengobatan yang efektif.

    Dia menjelaskan strain virus mpox yang pernah ditemukan di Indonesia adalah Clade 2 yang sulit menular dan memiliki tingkat kematian yang rendah yani di bawah 1 persen dari total orang yang terinfeksi.

    Hal ini berbeda dengan strain Clade 1 yang lebih umum menginfeksi di Afrika yang memiliki tingkat kematian 5 sampai 10 persen. Menurutnya, meskipun mpox yang ditemukan di Indonesia tidak memiliki tingkat kematian tinggi, namun harus diwaspadai bila menginfeksi kelompok masyarakat berisiko tinggi.

    Dia mengatakan diagnosis seseorang terinfeksi mpox atau tidak bisa dilakukan dengan PCR. Sementara orang yang terinfeksi mpox pada umumnya bisa sembuh dengan isolasi mandiri selama 2 sampai 4 minggu. Sementara orang-orang yang pernah kontak erat dengan orang yang terinfeksi Mpox, disarankan untuk menerima vaksin mpox. Namun, vaksinasi mpox ini tidak disarankannya dilakukan secara massal kepada masyarakat umum.

    “Vaksin Mpox direkomendasikan untuk mereka yang pernah kontak erat dengan penderita mpox. Vaksin ini terbukti efektif hingga 86% dalam mencegah penularan, dan diberikan dalam dua dosis dengan jarak 28 hari,” kata Syahrizal.

    Peneliti virologi dari Universitas Airlangga, Dr. Arif Nur Muhammad Ansori, M.Si dalam artikel cek fakta Tempo edisi 24 Oktober 2024 mengatakan, walaupun sebagian besar kasus mpox yang terlapor adalah di antara pria yang berhubungan seks dengan pria, penyakit ini tidak eksklusif untuk kelompok tertentu saja. Mpox dapat menular ke siapa saja yang melakukan kontak kulit dekat dengan orang yang terinfeksi, baik melalui hubungan seksual maupun kontak fisik lainnya.

    “Oleh karena itu, menyebut penyakit ini sebagai ‘penyakit LGBT’ adalah salah dan berpotensi menimbulkan stigma yang tidak berdasar,” kata Arif menegaskan.

    KESIMPULAN



    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan cara menghadapi wabah Mpox dengan hindari berita dari media massa, pernyataan Kemenkes dan lembaga pemerintah lainnya, adalah klaimkeliru.

    Masyarakat justru diimbau untuk mencari dan menyimak informasi perkembangan sebaran Mpox di daerahnya, jika ada, dan bersiap melakukan pencegahan penularan dan penanganan yang efektif.

    Rujukan

    https://www.threads.net/@prasetyocapster/post/C-uZmQUvmym?fbclid=IwY2xjawGsyX5leHRuA2FlbQIxMAABHTdKBhgjBm1sunF4UG8wleQYXyjHbPAy637GmWLNKzXQJwof5zp4nPg8NQ_aem_s9AOK8i-G29SSpXfth3NPQ

    https://web.archive.org/web/20241122025424/

    https://www.threads.net/favicon.ico

    https://www.who.int/europe/news/item/27-11-2022-putting-monkeypox-front-and-centre--two-journalists-explain-the-importance-of-continuing-to-talk-about-the-outbreak

    https://www.who.int/news-room/questions-and-answers/item/mpox

    https://www.who.int/news-room/public-advice/protecting-yourself-from-monkeypox

    https://www.ui.ac.id/pencegahan-dan-pengobatan-monkey-pox/

    https://www.tempo.co/cekfakta/keliru-klaim-vaksin-cacar-monyet-sebagai-vaksin-eksperimental-dan-dikaitkan-sebagai-penyakit-lgbt-1165122 /cdn-cgi/l/email-protection#4724222c21262c33260733222a3728692428692e23

    Publish date : 2024-11-25

    Update Terbaru

    Sidebar Ad
    Update Terbaru
    About
    About

    CekFakta.com adalah sebuah sebuah proyek kolaboratif pengecekan fakta yang diinisiasi Mafindo (Masyarakat Antifitnah Indonesia), AJI (Aliansi Jurnalis Independen) dan AMSI (Asosiasi Media Siber Indonesia).

    Kolaborasi ini diluncurkan di ‘Trusted Media Summit 2018’ pada Sabtu, 5 Mei 2018 di Jakarta dengan melibatkan puluhan media online di Indonesia serta jejaring ratusan pemeriksa fakta di seluruh Indonesia.

    Facebook Twitter Instagram YouTube
    Informasi
    • Cekfakta.com
    • info@cekfakta.com
    • Whatsapp di 082176503669
    Copyright © 2023. Designed by Cek Fakta.
    • About
    • LMS
    • Contact

    Type Pencarian Judul Enter to search. Press Esc to cancel.