Cek Fakta
    Facebook Twitter Instagram
    Cek Fakta
    • Playbook
    • Tentang Kami
    • Media
    • Kontak
    • Prebunking
    • LMS
    • FAQ
    Facebook Twitter Instagram Youtube
    Wednesday, November 8
    • Playbook
    • Tentang Kami
    • Media
    • Kontak
    • Prebunking
    • LMS
    • FAQ
    Facebook Twitter Instagram Youtube
    CekFakta
    Banner
    • Home
    • Terbaru
    • Kegiatan
    • Debat Pilpres 2024
    • Pilkada 2024
    • Hasil Riset
      • Penelitian
      • Buku
      • Modul Ajar
      • Policy Brief
    CekFakta
    You are at:Home»CekFakta»Belum Ada Bukti: Kerja Sama Nuklir Indonesia dan Rusia di Melawi
    CekFakta

    Belum Ada Bukti: Kerja Sama Nuklir Indonesia dan Rusia di Melawi

    Jane DoePublish date2025-10-30
    Tempo
    Share
    Facebook

    Berita

    SEBUAH konten beredar di Tiktok [arsip] dan YouTube dengan narasi bahwa Indonesia menjalin kerja sama dengan Rusia untuk membangun nuklir di Melawi, Kalimantan Barat. 

    Konten itu menyertakan foto Presiden RI Prabowo Subianto, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan ilustrasi tambang uranium. Narasi di dalam konten juga mengklaim Melawi dipilih karena menjadi tambang uranium terbesar di Asia.  



    Tempo akan memverifikasi dua klaim. Pertama, apakah Melawi menjadi pusat tambang uranium terbesar di Asia? Kedua, apakah Rusia dan Indonesia bekerja sama membangun nuklir di Melawi?

    HASIL CEK FAKTA

    Tempo memverifikasi konten tersebut dengan menelusuri rujukan dari situs-situs kredibel dan wawancara pakar teknik nuklir Universitas Gadjah Mada (UGM). Hasilnya, Melawi bukan menjadi pusat tambang uranium terbesar di Asia. Selain itu, belum ada realisasi kerja sama antara Rusia dan Indonesia untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Melawi, Kalimantan Barat. 

    Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) merilis tiga provinsi di Indonesia yang memiliki kandungan uranium dan thorium sebagai bahan baku nuklir, yakni Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Sumatra memiliki 31.567 ton uranium dan 126.821 ton thorium, Kalimantan sebanyak 45.731 ton uranium dan 7.028 ton thorium, dan Sulawesi sebanyak 3.793 ton uranium dan 6.562 ton thorium.

    Di Kalimantan, Kabupaten Melawi memiliki cadangan uranium sebesar 24.112 ton. Namun, dikutip dari Kompas.com, Sekretaris Daerah Kalimantan Barat, Harisson, mengatakan belum ada pengajuan perizinan pertambangan uranium di Melawi.  

    Dosen Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika (DTNTF) Universitas Gadjah Mada, Yanuar Ady Setiawan mengatakan, cadangan uranium di Melawi bukan terbesar di Asia. 

    Berdasarkan Profil Uranium Indonesia di Uranium "Red Book", kata dia, identified recoverable resources dan identified uranium di Indonesia masih jauh berada di bawah Kazakhstan. 

    Identified recoverable resources adalah cadangan uranium yang sudah teridentifikasi secara pasti dan dapat dipulihkan secara ekonomis berdasarkan perkiraan sumber daya, produksi, dan permintaan uranium global. Pendeknya, sumber uranium tersebut dapat diambil atau diekstrak. 

    Sedangkan identified uranium mengacu pada sumber daya uranium yang keberadaannya sudah diketahui dan perkiraannya didasarkan pada bukti geologi langsung. Tetapi potensinya tidak dapat sepenuhnya diekstrak. 



    “Dari dokumen tersebut, Indonesia kalah dibandingkan negara Asia lain, khususnya Kazakhstan,” kata Yanuar. Hingga saat ini, belum ada aktivitas pertambangan uranium di Indonesia. 

    Menurut laman Asosiasi Nuklir Dunia, Kazakhstan memiliki 14% dari cadangan uranium dunia dan pada tahun 2024 memproduksi sekitar 23.270 ton.

    Melalui alat pencarian gambar terbalik Google Images, foto Presiden Rusia Putin bersama dengan Prabowo Subianto dalam konten tersebut, terjadi di Istana Kremlin di Moskow, Rusia, 31 Juli 2024. Saat itu, Prabowo masih menjadi Menteri Pertahanan RI. Pertemuan tersebut tak membahas mengenai kerja sama nuklir.

    Foto-foto kunjungan Prabowo diabadikan oleh fotografer Reuters Maxim Shemetov dan dimuat oleh Tempo.



    Rusia baru-baru ini memang menawarkan kerja sama membangun nuklir di Indonesia. Dikutip dari Antara, Duta Besar Federasi Rusia untuk Indonesia Sergei Tolchenov menyatakan Rusia siap membantu pengembangan PLTN di Indonesia. 

    Pengembangan PLTN tersebut, kata dia, bisa dalam berbagai bentuk, baik berskala besar ataupun kecil, PLTN apung, ataupun dalam bentuk reaktor moduler kecil (SMR). “Rusia juga siap mengirimkan insinyur dan peneliti nuklirnya,” kata Sergei Tolchenov dalam temu wartawan, 29 Oktober 2025.

    Sesuai Rancangan Peraturan Pemerintah Kebijakan Energi Nasional (RPP KEN), Indonesia menargetkan PLTN pertama dapat beroperasi pada 2032. Dua wilayah yang akan menjadi lokasi pertama pengembangan PLTN, yakni Sumatera dan Kalimantan. Namun, belum ada daerah spesifik yang ditetapkan. 

    Hingga artikel ini ditulis, Indonesia belum menindaklanjuti tawaran investor manapun untuk mengembangkan PLTN tersebut. Salah satu kendalanya, Indonesia belum membentuk Badan Pelaksana Program Energi Nuklir (NEPIO).  Padahal badan ini menjadi salah satu syarat dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).

    Dosen Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika (DTNTF) Universitas Gadjah Mada, Yanuar Ady Setiawan mengatakan, pembangunan PLTN mustahil terwujud tanpa adanya perjanjian tertulis dengan negara manapun, termasuk Rusia. 

    “Belum ada perjanjian yang jelas antara Indonesia dengan Rusia untuk pengembangan nuklir,” katanya kepada Tempo, Minggu, 26 Oktober 2025. 

    Pilihan editor: Gairah Baru Investasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelusuran Tempo, klaim bahwa Indonesia menjalin kerja sama dengan Rusia untuk membangun nuklir di Melawi, Kalimantan Barat adalah belum ada bukti.

    Begitu pula klaim bahwa Melawi merupakan tambang uranium terbesar di Asia. Berdasarkan Profil Uranium Indonesia di Uranium "Red Book", Identified Recoverable Resources dan Identified Uranium yang ada di Indonesia masih jauh berada di bawah Kazakhstan.

    Rujukan

    https://vt.tiktok.com/ZSUvm87F7/

    https://perma.cc/4CUU-LF38

    https://www.youtube.com/watch?v=227pRS-0rhE

    https://www.tempo.co/ekonomi/data-batan-sumber-daya-uranium-indonesia-ratusan-ribu-ton-695282

    https://regional.kompas.com/read/2025/06/19/180230578/soal-potensi-cadangan-24000-ton-uranium-di-melawi-ini-penjelasan-pemprov

    https://www.oecd-nea.org/jcms/pl_103179/uranium-2024-resources-production-and-demand

    https://world-nuclear.org/information-library/country-profiles/countries-g-n/kazakhstan

    https://www.tempo.co/foto/arsip/berkunjung-ke-rusia-prabowo-bertemu-presiden-putin-20989

    https://megapolitan.antaranews.com/berita/456597/rusia-siap-bantu-indonesia-kembangkan-pltn

    https://www.detik.com/kalimantan/bisnis/d-7990212/pemerintah-ungkap-lokasi-pltn-pertama-ri-salah-satunya-di-kalimantan

    https://www.oecd-nea.org/jcms/pl_103179/uranium-2024-resources-production-and-demand

    Publish date : 2025-10-30

    Update Terbaru

    Sidebar Ad
    Update Terbaru
    About
    About

    CekFakta.com adalah sebuah sebuah proyek kolaboratif pengecekan fakta yang diinisiasi Mafindo (Masyarakat Antifitnah Indonesia), AJI (Aliansi Jurnalis Independen) dan AMSI (Asosiasi Media Siber Indonesia).

    Kolaborasi ini diluncurkan di ‘Trusted Media Summit 2018’ pada Sabtu, 5 Mei 2018 di Jakarta dengan melibatkan puluhan media online di Indonesia serta jejaring ratusan pemeriksa fakta di seluruh Indonesia.

    Facebook Twitter Instagram YouTube
    Informasi
    • Cekfakta.com
    • info@cekfakta.com
    • Whatsapp di 082176503669
    Copyright © 2023. Designed by Cek Fakta.
    • About
    • LMS
    • Contact

    Type Pencarian Judul Enter to search. Press Esc to cancel.