Cek Fakta
    Facebook Twitter Instagram
    Cek Fakta
    • Playbook
    • Tentang Kami
    • Media
    • Kontak
    • Prebunking
    • LMS
    • FAQ
    Facebook Twitter Instagram Youtube
    Saturday, July 12
    • Playbook
    • Tentang Kami
    • Media
    • Kontak
    • Prebunking
    • LMS
    • FAQ
    Facebook Twitter Instagram Youtube
    CekFakta
    Banner
    • Home
    • Terbaru
    • Kegiatan
    • Debat Pilpres 2024
    • Pilkada 2024
    • Hasil Riset
      • Penelitian
      • Buku
      • Modul Ajar
      • Policy Brief
    CekFakta
    You are at:Home»CekFakta»Tidak Benar Narasi Respon Imun dari Vaksin Sebabkan Keracunan
    CekFakta

    Tidak Benar Narasi Respon Imun dari Vaksin Sebabkan Keracunan

    Jane DoePublish date2025-04-03
    Tirto.id
    Share
    Facebook

    Berita

    tirto.id - Media sosial menjadi tempat beropini masyarakat secara bebas, tidak terkecuali terkait isu kesehatan. Hal ini membuat beragam narasi narasi dan teori dari siapapun bisa beredar di internet.

    Tirto menemukan sebuah unggahan di platform X (dulu Twitter) seputar teori kesehatan yang mencurigakan. Unggahan dari akun @blue_berets7 (arsip) pada 12 Maret 2025 lalu, menjabarkan teori yang mengaitkan respon imun dengan reaksi tubuh yang menerima racun.

    “‘Respons imun’ sebenarnya berarti orang tersebut keracunan.

    Carilah asal usul kata "antibody" itu artinya antitoksin.

    ‘Respons imun’ adalah penutup untuk reaksi tubuh terhadap racun,” begitu bunyi cuitan akun tersebut, mengutip seorang lainnya.

    Narasi ini mengaitkan respon imun yang disebut menyebabkan tubuh keracunan tersebut dengan vaksin. Narasi tersebut terdapat dalam gambar dalam unggahan. "Sebuah vaksin 'menyebabkan respons imun yang kuat,' itu berarti peningkatan antibodi, yang berarti Anda diracuni,” begitu bunyi keterangan dalam unggahan gambar dalam unggahan.

    Narasi tersebut memang hanya mendapat sedikit atensi, namun tersebar di berbagai media sosial. Kami menemukan unggahan berikut dari akun Threads @auggy_auggy_ dan di unggahan Facebook "Richard Minick" berikut, yang tersebar beberapa waktu sebelumnya.

    Meski tak banyak mendapat respon dari netizen, narasi soal kesehatan seperti ini dapat menyebabkan dampak kesehatan yang berkepanjangan, sehingga perlu dicek kebenarannya.

    Lalu, benarkah narasi yang mengaitkan respon imun dari vaksin dengan keracunan?

    HASIL CEK FAKTA

    Tirto mencoba membedah narasi yang disampaikan di media sosial soal reaksi imun dari vaksin yang menyebabkan keracunan. Mengutip MedlinePlus, respon imun didefinisikan sebagai cara tubuh mengenali dan mempertahankan diri terhadap bakteri, virus, dan zat yang tampak asing dan berbahaya.

    MedlinePlus adalah situs bagian dari layanan National Library of Medicine (NLM), perpustakaan medis terbesar di dunia, yang merupakan bagian dari National Institutes of Health (NIH).

    Berdasar penjelasan lebih lanjut, sistem imun disebut akan melindungi tubuh dari zat yang berbahaya. Paparan dari berbagai zat berbahaya akan memacu sistem imun atau kekebalan tubuh untuk berkembang dan terbentuk. Vaksinasi menjadi salah satu cara memperoleh kekebalan atau imunisasi tanpa perlu mengalami infeksi dari zat berbahaya terlebih dahulu.

    “Vaksinasi (imunisasi) adalah cara untuk memicu respons imun. Dosis kecil antigen, seperti virus hidup yang sudah mati atau dilemahkan atau bagian dari virus, diberikan untuk mengaktifkan "memori" sistem imun (sel B yang diaktifkan dan sel T yang peka). Memori memungkinkan tubuh Anda bereaksi dengan cepat dan efisien terhadap paparan di masa mendatang,” tulis keterangan dari artikel yang telah di-review oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam, David C. Dugdale, MD.

    Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (PP Peralmuni), Iris Rengganis juga membantah soal narasi yang beredar di media sosial tersebut. Dia menyebut kalau narasi "respons imun" adalah penutup untuk reaksi tubuh terhadap racun tidaklah tepat.

    “Tidak benar, vaksin tidak bikin keracunan,” jawabnya kepada Tirto, Rabu (26/3/2025) lewat pesan singkat. Proses pemberian vaksin adalah dengan memasukan penyebab penyakit yang telah dilemahkan, untuk merangsang sistem kekebalan tubuh.

    Sementara itu Dokter Romsyah Maryam, peneliti di Pusat Riset Veteriner Organisasi Riset Kesehatan, di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menjelaskan terdapat sistem imun yang adaptif yang menghasilkan antibodi.

    "Antibodi sendiri adalah antinya dari antigen. Apabila ada antigen masuk, otomatis membentuk sistem kekebalan. Antibodi ini merupakan respon imun yang adaptif, contohnya saat pemberian vaksin. Antibodi merupakan immunoglobulin (Ig) sebagai protein berukuran besar yang dapat memberikan respon imun, akan bergerak menetralkan atau mencegah patogen, atau benda asing yang masuk ke dalam tubuh,” terangnya.

    Antigen sendiri adalah zat yang ada permukaan sel, virus, jamur, atau bakteri. Sistem imun bekerja untuk mengenali dan menghancurkan zat yang mengandung antigen ini.

    Terkait narasi vaksin berbahaya dan dapat menyebabkan keracunan juga mendapat bantahan dari Pan American Health Organization (PAHO).

    “Meskipun bahan-bahan dalam label vaksin mungkin tampak menakutkan (misalnya merkuri, aluminium, dan formaldehida), bahan-bahan tersebut biasanya ditemukan secara alami dalam tubuh, makanan yang kita makan, dan lingkungan sekitar kita - misalnya, dalam ikan tuna. Jumlahnya dalam vaksin sangat kecil dan tidak akan ‘meracuni’ atau membahayakan tubuh,” tulis informasi dari halaman 'Membongkar Mitos Imunisasi'.

    Organisasi ini juga menyebut, vaksin yang diedarkan telah melalui tahap uji coba ilmiah yang ketat dan panjang serta proses sertifikasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan badan regulasi negara untuk memastikan bahwa vaksin tersebut aman dan efektif.

    KESIMPULAN

    Hasil pemeriksaan fakta menunjukkan narasi respon imun dari vaksin yang menyebabkan keracunan bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).

    Sejumlah ahli kesehatan menjelaskan kalau respon imun dari vaksin bekerja dengan melawan zat berbahaya dalam tubuh. Vaksin memicu respon imun untuk membentuk sistem kekebalan tubuh. Cara kerja vaksin sendiri memasukkan dosis kecil virus yang sudah mati sehingga tidak dapat menyebabkan keracunan.

    Vaksin yang diedarkan juga telah melalui tahap uji coba ilmiah yang ketat dan panjang serta proses sertifikasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan badan regulasi negara untuk memastikan bahwa vaksin tersebut aman dan efektif.

    Rujukan

    https://x.com/blue_berets7/status/1899677236103729230?t=ceHipqvKJTZy5w1-1tXUzw&s=19

    https://ghostarchive.org/archive/4Ekdx

    https://www.threads.net/@auggy_auggy_/post/DGeHGDARfok/when-they-say-a-vaccine-causes-a-robust-immune-response-it-means-an-increase-in-

    https://www.facebook.com/rjminick/photos/when-they-say-a-vaccine-causes-a-robust-immune-response-it-means-an-increase-in-/3109228652551109/?_rdr

    https://medlineplus.gov/ency/article/000821.htm

    https://brin.go.id/news/118921/respon-imun-cara-tubuh-cegah-penyebaran-penyakit

    https://www.paho.org/en/topics/immunization/debunking-immunization-myths

    Publish date : 2025-04-03

    Update Terbaru

    Sidebar Ad
    Update Terbaru
    About
    About

    CekFakta.com adalah sebuah sebuah proyek kolaboratif pengecekan fakta yang diinisiasi Mafindo (Masyarakat Antifitnah Indonesia), AJI (Aliansi Jurnalis Independen) dan AMSI (Asosiasi Media Siber Indonesia).

    Kolaborasi ini diluncurkan di ‘Trusted Media Summit 2018’ pada Sabtu, 5 Mei 2018 di Jakarta dengan melibatkan puluhan media online di Indonesia serta jejaring ratusan pemeriksa fakta di seluruh Indonesia.

    Facebook Twitter Instagram YouTube
    Informasi
    • Cekfakta.com
    • info@cekfakta.com
    • Whatsapp di 082176503669
    Copyright © 2023. Designed by Cek Fakta.
    • About
    • LMS
    • Contact

    Type Pencarian Judul Enter to search. Press Esc to cancel.